Emansipasi Wanita, Free!

on Thursday, April 21, 2011


"....Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini".(Wikipedia.com)

      Kartini. Ya, siapa yang tak kenal Pahlawan Nasional Indonesia wanita ini yang selalu dielu-elukan namanya setiap tanggal 21 April?....
saya yakin pasti banyak dari pembaca sekalian yang sudah mengenalnya. Beliau merupakan salah satu tokoh yang terkenal berkat perjuangannya untuk memberi kebebasan bagi setiap wanita Jawa agar bisa bebas bertindak layaknya kaum lelaki. Saya sendiri sempat tergelitik dengan sepotong kalimat yang saya temukan di salah satu potongan artikel Kartini. Kalimat tersebut berbunyi cukup singkat. "....Dunia kaum perempuan tidak hanya sebatas tembok rumah, dipingit, dipaksa nikah dengan lelaki yang bahkan tidak tahu menahu identitasnya, tidak bisa duduk di bangku sekolah, dll...". 

     Kawan-kawanku (khususnya yang perempuan), saya akan menghubungkan makna kalimat tersebut dengan kondisi yang kita alami di dunia ini. Apakah telah cukup mumpuni makna "bebas untuk bertindak"? Apakah benar kaum perempuan di dunia telah dibebaskan untuk bertindak, seperti halnya kaum lelaki? dalam artian tidak terkekang oleh suatu adat atau peraturan? kawan-kawanku, ada baiknya kita melihat dengan mata kepala kita sendiri ke negara di daerah Middle-East(timur tengah), seperti Arab saudi, Yaman, Oman, dst...Kaum perempuan disana, setahu saya, belum mengalami suatu kondisi dimana ada kata "bebas" dalam kamus hidupnya. Dikarenakan kebanyakan negara-negara tersebut masih memiliki budaya adat yang sangat kental. Patrialkal. Ya, mereka masih menganggap dimana seorang perempuan bertugas hanya untuk melayani suami mereka semata-Just only serve his husband at bed, at kitchen. Of course, they're not allowed to do anything outdoor-without asking his husband's confirmation. Akibatnya, mayoritas perempuan disana menganggap pendidikan untuk ke jenjang lebih tinggi tidak lumrah, Toh, pada akhirnya tugas mereka 'hanya' melayani suami mereka. Kenapa harus belajar suah-susah? Sangat menyedihkan bukan?

    Untuk para pembaca yang berada di Indonesia, sudah sepatutnya kita harus bersyukur. Alhamdulillah Indonesia tidak menganut prinsip adat patrialkal seperti negara-negara yang ada Timur Tengah. Kebebasan bertindak untuk kaum perempuan sudah dijunjung tinggi. Bahkan, ada satu info. yang menyebutkan," Dalam memperingati Hari Kartini 21 April 2011, sopir perempuan diwajibkan untuk mengenakan kebaya. Kami juga akan menambah pekerja TransJ ber-gender perempuan..." (www.detik.net).

    Maka dari itu, saya ingin berpesan agar para pembaca, khusunya bagi kaum perempuan, agar selalu memiliki semangat hidup. Di Indonesia ini, (setidaknya) perempuan sudah diberi sedikit kebebasan dan peluang. Banyak kesempatan yang bisa diambil. Janganlah mengalah dengan kaum laki-laki. Berkompetisilah dengan mereka. Buktikan bahwa wanita bisa berprestasi seperti halnya kaum lelaki. Chaiyoooo!!! ^^

Syukron, :)


   

0 comments:

Post a Comment